Tuesday, March 3, 2020

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP DISEMINASI DAKWAH ISLAM


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP DISEMINASI DAKWAH ISLAM

Oleh : Suwardi Lubis



A.    Pendahuluan

Perkembangan teknologi komunikasi adalah suatu kemestian yang tidak bisa ditolak. Dalam tatanan dunia yang terus bergerak dari era industrialisasi ke era informasi, teknologi komunikasi merupakan aspek paling vital dalam memudahkan hubungan antarmanusia. Perkembangan teknologi paralel dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Disadari atau tidak, perkembangan teknologi telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia Meminjam istilah McLuhan, kemajuan teknologi telah menjadikan manusia hidup dalam sebuah desa global (global village). Realitas ini telah membawa masyarakat, termasuk masyarakat Muslim di Indonesia masuk ke dalam era masyarakat informasi, sehingga pengendalian yang tepat untuk memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan mengeliminir dampaknya menjadi hal yang sangat penting.
Teknologi komunikasi yang bekembang pesat dapat dikatakan memiliki added value (nilai tambah), apabila akses terhadap teknologi beserta segala kecanggihannya dapat dinikmati dan dimaknai secara positif oleh semua lapisan masyarakat. Sebab itu, pada era perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini, di samping mengetahui berbagai jenis produk teknolongi seperti media, masyarakat terutama para da’i, dituntut agar lebih memahami dengan baik penggunaan teknologi tersebut secara optimal, efisien, dan berdaya guna, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada mad’u (khalayak), dapat direspon mad’u dengan baik.
Tulisan ini membahas dampak perkembangan teknologi dalam kaitannya dengan diseminasi dakwah Islam. Ada tiga alasan yang mendasari ketertarikan penulis untuk mendiskusikan judul ini. Pertama, bahwa perkembangan teknologi komunikasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Hampir dapat dipastikan, siapapun akan terlibat di dalamnya, sehingga ada tuntutan untuk mencerdasi perkembangan teknologi sebagai suatu hasil karya manusia, untuk kemudian dimaknai secara positif. Kedua, bahwa perkembangan teknologi komunikasi bukanlah hal yang harus dimusuhi, jika bukannya ditolak dan dihindarkan. Justru sebaliknya, kemajuan teknologi yang bersifat mondial itu harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan, karena Alquran juga menegaskan bahwa menggunakan teknologi komunikasi tidak dilarang, sepanjang itu dimanfaatkan untuk penguatan tugas kehambaan dan kekhalifahan. Ketiga, teknologi komunikasi dengan segala produk yang dihasilkannya, seperti media massa, memiliki keperkasaan untuk mengonstruksi tatanan kehidupan manusia. Teknologi komunikasi membantu penyebaran informasi sehingga bersifat tanpa batas, aksesibilitas masyarakat terhadap informasi pun tidak dapat dihambat-hambat. Kondisi ini sangat mendukung dalam efisiensi diseminasi pesan-pesan dakwah kepada masyarakat yang lebih luas.[1]
Paling tidak, kajian ini menjadi penting dalam upaya berbagi informasi terkait dengan perkembangan teknologi yang sedang mengemuka dan sudah banyak mendapat perhatian dari para pengkaji komunikasi. Untuk meruntutkan pembahasan makalah ini, maka pendahuluan ini akan segera disusul dengan pembahasan terkait. Dimulai dari memahami makna perkembangan teknologi komunikasi, teknologi komunikasi sebagai hasil kebudayaan manusia, dan diseminasi dakwah Islam melalui teknologi komunikasi.
   
B.     Pembahasan
1.    Pengertian Teknologi Komunikasi
Perkembangan yang begitu pesat dalam bidang komunikasi, membuat para ahli menyebutnya sebagai revolusi komunikasi. Perubahan itu terjadi, seiring dengan ditemukannya berbagai temuan dibidang teknologi, sehingga apa yang menjadi kendala manusia untuk berkomunikasi, sekarang menjadi bebas tanpa batas. Revolusi komunikasi ini diawali dari terjadinya revolusi sains. Dalam istilah S. Khun, revolusi sains sebagai episode perkembangan yang terjadi, dimana paradigm lama digantikan oleh paradigma baru.[2] Bernard Cohen juga mengatakan, revolusi sains tersebut, dipahami sebagai tahapan-tahapan dalam pembangunan dan transformasi produksi ide-ide sebagai inovasi dan revolusi.[3] 
Ditinjau dari sudut kebahasaan, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu tecnologia yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata techne, dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna bahasa tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya. Definisi tersebut kemudian berkembang menjadi penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia. Teknologi kemudian dimaknai sebagai pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know how of making things) atau bagaimana melakukan sesuatu (know how of doing things), dalam arti ke-mampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya.[4]
Salah satu bentuk teknologi yang beberapa dekade terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat adalah teknologi komunikasi dan informasi. Tekonologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat lainnya. Karena itu, teknologi komunikasi dan teknologi informasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan.
Teknologi komunikasi telah melahirkan suatu era yang sering disebut para ahli sebagai era informasi. Era ini diilhami oleh munculnya temuan-temuan baru dalam pertelekomunikasian yang didukung oleh teknologi komunikasi. Konsekuensi yang muncul pada era ini adalah terjadinya ledakan informasi yang tanpa batas. Dunia telah beralih dari era industrialisasi ke era informasi yang kemudian melahirkan information society (masyarakat informasi). Dalam aktivitas kehidupan masyarakat informasi, teknologi merupakan aspek paling vital dalam menuntaskan dan memudahkan berbagai persoalan kehidupan.
Bila diperhatikan, hampir setiap teknologi mempunyai dua sisi dampak,positif dan negatif. Demikian pula halnya dengan perkembangan teknologi komunikasi. Berdampak positif karena teknologi komunikasi dapat mendorong lahirnya berbagai inovasi baru yang mempermudah hidup manusia. Berdampak negatif karena teknologi komunikasi memberikan dampak pada kehidupan sosial, dimana norma-norma yang berlaku seringkali diabaikan serta seringnya terjadi kejahatan teknologi yang merugikan masyarakat. Bahkan dampak negatif yang lebih jauh, teknologi komunikasi dapat mendorong terjadinya kerusakan moral dan akhlak. Tetapi menurut penulis, dampak negatif itu timbul, karena manusia salah dalam memaknai kehadiran teknologi itu.

2.     Teknologi Komunikasi Sebagai Hasil Budaya Manusia
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna yang diberikan potensi kelebihan berupa anugrah akal dan pikiran. Dengan kelebihan itu, manusia menciptakan karya yang berguna untuk kelangsungan hidup. Hasil cipta dan karya manusia, lazim disebut dengan istilah budaya. Mengutip penjelasan Koetjaraningrat, budaya berasal dari kata sansekerta, yaitu dari kata buddhayah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Atas dasar ini, Koentjaraningrat mengartikan bahwa budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Karena berkaitan dengan budi dan akal, maka unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu: pertama sebagai suatu ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya. Kedua, sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat. Ketiga, benda-benda hasil karya manusia.[5]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa wujud dari budaya, atau produk pemikiran, ide, gagasan manusia, termasuk di dalamnya adalah hasil karya atau temuan manusia. Produk pemikiran manusia, sekaligus sebagai bukti manusia menggunakan dan memaksimalkan kelebihan yang diberika Tuhan kepadanya. Dengan kelebihan itu pula, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda yang dijadikan sebagai alat pertahanan. Salah satu produk budaya manusia adalah teknologi. Manusia menggunakan teknologi karena memiliki akal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Faktanya, bahwa manusia purba sebagaimana telah diteliti para antropolog, mereka menggunakan benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup. Alat yang digunakan mereka memang sangat tergolong sangat sederhana jika dibandingkan dengan sekarang ini. Tetapi bisa diyakini, bahwa benda-benda yang digunakan manusia purba, sudah termasuk canggih menurut ukuran mereka ketika itu.
Berdasarkan uraian di atas,kuat asumsi penulis, bahwa perkembangan teknologi sangat paralel dengan perkembangan serta tingkat kebutuhan manusia untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Modernisasi kehidupan manusia, diakibatkan semakin modernnya teknologi yang digunakan. Mengutip penjelasan McLuhan sebagaimana dikutip Asep Saifuddin, bahwa pola kehidupan manusia, khususnya aspek interaksi sosial di antara mereka, ditentukan oleh perkembangan dan jenis teknologi yang dikuasai masyarakat bersangkutan. Teori ini selanjutnya dikenal dengan technological determinism theory.[6]  
Pada awalnya teknologi berkembang secara lambat. Tetapi seiring dengan kemajuan tingkat kebudayaan dan peradaban manusia, perkembangan teknologi bergerak semakin cepat. Semakin maju kebudayaannya, maka semakin berkembang teknologinya. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan sebagainya, sehingga manusia menciptakan teknologi yang lebih canggih lagi. Perkembangan pemikiran manusia yang terus melesat dari masa ke masa, memberikan efek terhadap kebudayaan yang terus mengalami kemajuan dan perubahan kearah yang lebih baik. Abad ke dua puluh merupakan kelanjutan babak dimana manusia menciptakan berbagai macam teknologi canggih yang dahulu memang sudah ada namun belum secanggih saat ini. Teknologi ini merupakan bagian dari kebudayaan manusia, karena merupakan hasil dari cipta, karsa, rasa manusia itu sendiri.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia yang pada akhirnya digunakan untuk mewujudkan berbagai tujuan hidupnya. Teknologi juga merupakan hasil perkembangan rasionalitas manusia. Karena teknologi adalah hasil karya, ide, dan gagasan manusia, maka ia akan berkembang terus secara dinamis sesuai dengan perkembangan rasionalitas manusia. Kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Disinilah terlihat, bahwa budaya itu sesungguhnya sangat mulia dan bersifat positif. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi sebagai hasil budaya manusia, telah memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Teknologi berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Perubahan kehidupan manusia yang semula berbasis pertanian menjadi berbasis industri juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Maka sekarang nampaknya, sangat sulit rasanya untuk memisahkan manusia dari teknologi. Bahkan dapat dikatakan, teknologi itu sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung padi teknologi. Contohnya dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan teknologi satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut.
Pada era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator kemajuan suatu negara. Negara dikatakan maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara yang tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai negara gagal (failed country). Berikut ini 10 negara di dunia terhebat dengan penguasaan teknologi tinggi:

Tabel 1. 10 Negara Terhebat di Dunia Tahun 2012
NO
NAMA NEGARA
1
Finlandia
2
Amerika Serikat
3
Jepang
4
Swedia
5
Korea Utara
6
Belanda
7
Inggris
8
Singapura
9
Korea Utara
10
Australia
          Sumber:(http://top10newsworld.blogspot.com/2012/11/10
Negara-negara di atas menjadi adikuasa (powerful), kaya raya (prosperous), dan berprestise (prestigious) karena menguasai teknologi. Atas dasar itu kata Buhal, negara-negara lainpun pada Milenium III ini, berkeinginan untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai teknologi. Terobosan itu dimulai dari penggunaan teknologi di bidang mikro elektronika, bio teknologi, telekomunikasi, komputer, internet, dan robotic. Pengembangan itu merambah sampai kepada pentransformasian teknologi ke dalam sektor produksi yang menghasilkan barang dan jasa yang bernilai teknologi tinggi.[7]

3.    Teknologi Komunikasi: Upaya Diseminasi Dakwah Islam
    a. Dakwah Islam: Dari Pengertian Ke Realitas
Dakwah adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya, mengerjakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya, agar tercapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Moh. Ali Aziz menyebutnya sebagai aktivitas penyampaian ajaran agama Islam kepada orang lain, dengan berbagai cara yang bijaksana untuk menciptakan individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan.[8]
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa dakwah merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman secara sistematis, untuk memberikan sugesti cara berpikir dan bertindak dalam kerangka individu dan sosial sesuai ajaran Islam. Atau dengan kata lain, dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah yang memberikan dasar filosofis bagi eksistensi masyarakat baru, memberikan arah perubahan menuju tatanan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah Swt. Meminjam istilah Amrullah Ahmad, yaitu masyarakat yang dapat meletakkan Islam sebagai etos kerja dan menempatkannya sebagai penggerak perubahan sosial.[9]
Dinamisai kehidupan global yang semakin tinggi dan kompetitif telah mengiring umat manusia senantiasa memandang persoalan hidup secara pragmatis, logis, serba instan, dan bahkan matematis. Keadaan tersebut dipicu oleh semakin tingginya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada satu sisi telah memberikan kemudahan bagi aktifitas manusia, dan pada sisi lainnya telah membawa implikasi negatif berupa lemahnya semangat transendental dan memudarnya hubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama, sehingga dewasa ini telah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup bertentangan dengan cita-cita ideal Islam.
Realitas sosial tersebut ada yang tidak sesuai dengan cita ideal Islam, karenanya harus diubah melalui dakwah Islam. Mengingat kenyataan-kenyataan sosial tersebut banyak dijumpai dalam beberapa komunitas Islam dengan permasalahan yang berbeda-beda, maka diperlukan paradigma baru dalam melakukan dakwah Islam yang mempertimbangkan jenis dan kualitas permasalahan yang dihadapi oleh umat dan juga dengan mempertimbangkan langkah-langkah srategis yang lebih mudah dilakukan dalam mengatasi persoalan umat yang semakin kompleks.
Di zaman yang semakin canggih ini, kegiatan dakwah tidak cukup hanya dengan dengan melakukan program dakwah yang bersifat konvensional, sporadis, dan reaktif. Akan tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif dengan kemajuan zaman. Salah satu strategi yang efektif untuk menyebarluaskan ajaran Islam adalah dengan menggunakan alat-alat teknologi modern di bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan di bidang informasi dan telekomunikasi harus dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah sebagai media dalam melakukan dakwah Islam. Sebab dengan cara demikian ajaran agama Islam dapat diterima dalam waktu yang relatif singkat oleh sasaran dakwah dalam skala yang relatif lebih luas.
Dalam kaitan itu, Ghanie menegaskan bahwa Islam tidak melarang, untuk menggunakan segala produk yang dihasilkan oleh teknologi komunikasi, untuk mencapai kebahagiaan hakiki manusia. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak memanfaatkannya. Perkembangan teknologi media yang telah melahirkan peradaban baru, layaknya dijadikan umat Islam sebagai upaya pemakmuran bumi Allah. Kemakmuran yang dicita-citakan perlu seiring dengan fitrah kemanusiaan yang menuntut kesejahteraan rohani dan jasmani, sehingga perlu dikawal dengan nilai-nilai Islam.
Bila diperhatikan, kesadaran umat Islam untuk memanfaatkan teknologi dalam penyiaran Islam semakin meningkat. Penggunaan internet misalnya, banyak dijumpai situs-situs Islam yang bertujuan untuk penyiaran dakwah Islam. Bahkan, realitas itu juga dapat dirasakan, ketika umat Islam mulai memanfaatkan hasil teknologi, seperti surat kabar media dakwah. Misalnya, surat kabar nasional terbitan Jakarta seperti Republika, yang menyediakan satu kolom yang khusus memuat tulisan-tulisan keislaman dan para penulisnya tidak hanya orang-orang akademisi, tetapi sekaligus para praktisi keagamaan. Demikian juga bila diperhatikan surat kabar lokal, seperti Waspada, Analisa, terbitan Aceh, seperti Harian Serambi. Melihat tingginya geliat penyiaran Islam, maka pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi kemestian yang tidak terbantahkan.

    b. Dampak Teknologi Komunikasi Terhadap Diseminasi Dakwah
            Diseminasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata dissemination adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Kemajuan teknologi komunikasi yang semakin mutakhir telah menyebabkan hilangnya batas ruang dan waktu, sehingga seakan-akan duni ini menjadi sempit dan kecil. Peristiwa apapun yang terjadi di belahan dunia ini pasti akan dengan cepat diterima dan mempengaruhi persepsi serta reaksi kita. Istilah Kenichi Ohmae sebagaimana dikutip Dimitri Mahayana, bahwa dunia tanpa batas waktu yang digambarkan pada abad 21, adalah dunia yang menggambarkan saling ketergantungan. Kejadian di satu belahan dunia, tidak bisa dilepaskan dari apa yang terjadi dibelahan dunia lainnya.[10]
Sebagaimana telah disampaikan di awal, bahwa teknologi sebagai hasil budaya manusia adalah suatu hal yang sangat mulia, sangat positif dalam mendukung kehidupan manusia. Tetapi salah satu fenomena menarik yang muncul pada masyarakat teknologi adalah bergeraknya manusia kepada suatu proses dehumanisasi. Secara perlahan tapi pasti, pada akhirnya manusia takluk pada teknologi. Indikasi ketaklukan manusia pada teknologi, dapat dilihat dari kondisi kehidupan manusia yang sudah begitu jauh dipengaruhi oleh teknologi. Contoh paling sederhana, untuk makan saja, manusia sudah diatur oleh jam.
Kemajuan teknologi merupakan bagian dari konsekuensi modernitas dan upaya eksis-tensi manusia di muka bumi. Meskipun para pakar sosiologi menegaskan, bahwa perkembangan teknologi telah menyebabkan kemajuan sekaligus kemunduran dalam kehidupan sosial budaya, apakah lantas kemudian kemajuan teknologi harus dianggap sebagai musuh, dipersalahkan, jika bukannya dihujat dengan bahasa-bahasa yang pejoratif? Munculnya sikap antipati dalam diri manusia terhadap perkembangan teknologi, disebabkan kekeliruan dalam menilai dan melihat perkembangan itu. Sifat antipasti ini, menjadi dilema yang dihadapi dunia ketiga, khususnya negara-negara Islam. Sebab itu, diperlukan kepiawaian dalam memanfaatkan teknologi itu sendiri kepada sesuatu yang bermanfaat.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bersamalah untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi tersebut. Institusi keluarga, pendidikan, masyarakat, bahkan negara harus lebih menguatkan perannya sebagai remot control dalam mengatasi dampak negatif tersebut. Peran keluarga misalnya, harus lebih selektif dalam menentukan mana kebutuhan teknologi yang bersifat prioritas dan skala prioritas. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi cara hidup konsumtif, materialis dan hedonis. Peran sekolah, tidak menjadikan teknologi informasi sebagai satu-satunya media pembelajaran. Misalnya, sekolah tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak. Tidak hanya berkunjung ke digital libra-ry, tetapi harus berkunjung juga ke perpustakaan. Peran negara, misalnya membuat peraturan khusus untuk membatasi situs-situs di internet yang berpotensi merusak moralitas masyarakat.
Di tengah gegap gempitanya kemajuan teknologi informasi, terdapat berbagai hal yang harus dicermati oleh umat Islam. Tujuannya adalah untuk menggali lebih dalam bagaimana seharusnya masyarakat muslim memanfaatkan dan menyikapi kemajuan ini. Untuk hidup sejahtera dan makmur lahir batin, masyarakat muslim harus menempatkan fenomena tersebut sebagai pilihan satu-satunya. Siapa menguasai teknologi, dialah yang makmur, sejahtera, dan berkuasa. “Menguasai” di sini dalam arti luas, termasuk peranan penghasil (produsen), pencipta, di samping pemakai.
Saat ini kegiatan syiar keagamaan telah menembus teknologi komunikasi melalui media elektronik. Sarana ini mampu masuk ke tengah-tengah keluarga muslim. Kondisi ini memberi harapan yang baik bagi perkembangan dakwah itu sendiri. Dengan demikian, penggunaan teknologi komunikasi dalam aktivitas komunikasi/ dakwah dapat ditujukan untuk: Pertama, mensosialisasikan ajaran Islam itu sendiri. Kedua, menyediakan kebutuhan informasi bagi umat Islam. Ketiga, sebagai counter (penyeimbang) terhadap informasi yang bersifat tendensius, stereotype dan menyudutkan Islam.
Untuk mencapai tujuan di atas, dapat dilakoni oleh para pendakwah. Peran ini dikembangkan oleh para pendakwah kontemporer, agar syiar dan muatan suci ajaran Islam tetap dapat diterima dan diaplikasikan oleh masyarakat muslim. Dengan perkembangan teknologi informasi yang dewasa ini, menyebabkan sejumlah informasi yang tidak hanya bersifat positif dan pemberdayaan umat, tetapi juga dapat menjadikan umat Islam bergeser dari pedoman hidup yang selama ini dipegangnya. Arus informasi yang dibawa oleh dinamika perkembangan teknologi tidak saja membawa pesan yang sifatnya informatif, tetapi juga dapat bersifat disiinformatif, menyesatkan, bahkan mungkin hanya sekedar menjadi junk information (informasi sampah).


C.    Penutup
            Teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola hubungan dan pola interaksi antar manusia. Kemajuan perkembangan teknologi dewasa ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat di bidang infor-masi dan komunikasi, satelit, bioteknologi, pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan rekayasa genetika         .
Perkembangan teknologi komunikasi memiliki posisi yang strategis dalam penyiaran dakwah Islam. Berbagai produk kemajuan teknologi yang begitu pesat seperti telepon genggam, komputer, berbagai jaringan sosial maya yang  kesemuanya terkoneksi menggunakan Internet, telah memberikan kemudahan dalam upaya penyiaran Islam. Sebab itu, perkembangan teknologi yang diyakini akan berkembang terus harus dijadikan sebagai sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.  Perkembangan teknologi tidak perlu dimusuhi, apalagi disingkirkan. Tetapi sebaliknya, harus dipandang positif dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Meskipun banyak banyak tantangan yang harus dijawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran terhadap dampak negatif perkembangan teknologi, hasil teknologi sebagai hasil karya, ide dan gagasan mansuai, harus dilihat dari sisi positif.













DAFTAR ISI


Ahmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M, 1985.
Aziz, Moh. Ali.  Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Buhal. Visi Iptek Memasuki Milenium III. Jakarta: UI Press. 2000.
Cohen, Bernard. Revolution in Science. England: Harvard University Press, 1985.
Khun, Thomas S. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sain. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989.
Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Mahayana, Dimitri. Menjemput Masa Depan: Futuristik dan Rekayasa Masyarakat Menuju Era Global. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
Nanang, Martono. Sosiologi Perubah-An Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
Saefuddin, Asep. “Perkembangan Teknologi Komunikasi: Perspektif Komunikasi Peradaban”, dalam Jurnal Mediator, Vol. 9. No. 2. Desember 2008.















[1]Harold Lasswell menegaskan, bahwa media massa menyediakan stimuli yang kuat dan secara seragam mampu membangkitkan desakan emosi yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Lihat, Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 197.
[2]Thomas S. Khun, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sain (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), h. 100.
[3]Bernard Cohen, Revolution in Science (England: Harvard University Press, 1985), h. 5.
[4]Nanang Martono, Sosiologi Perubah-An Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012), h. 276.
[5]Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.5-9.   
[6]Asep Saefuddin, “Perkembangan Teknologi Komunikasi: Perspektif Komunikasi Peradaban”, dalam Jurnal Mediator, Vol. 9. No. 2. Desember 2008, h. 383.
[7]Buhal, Visi Iptek Memasuki Milenium III  (Jakarta: UI Press. 2000), h. 1.
[8]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 3.
[9]Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 286.
[10]Dimitri Mahayana, Menjemput Masa Depan: Futuristik dan Rekayasa Masyarakat Menuju Era Global (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hal. 97-98.